Perkembangan Dufan hingga saat ini
Hingga saat ini, Dufan dikenal sebagai taman hiburan populer di kalangan masyarakat. Dengan menawarkan lebih dari 30 wahana, pengunjung bisa merasakan pengalaman tak terlupakan di sana.
Selain menjadi pusat hiburan outdoor, Dufan juga termasuk kawasan edutainment fisika terbesar di Indonesia.
Anda akan dimanjakan dengan Fantasi Keliling Dunia lewat permainan berteknologi tinggi yang terbagi menjadi sembilan kawasan.
Fasilitas umumnya juga lengkap dan nyaman sehingga dapat menunjang aktivitas Anda selama di sana.
Tidak hanya pilihan wahana yang bervariasi, Dufan juga dikenal dengan maskotnya berupa kera Bekantan yang berasal dari Kalimantan. Maskot tersebut diberi nama Dufan untuk laki-laki dan Dufi untuk karakter perempuan.
Keduanya memiliki kostum jumpsuit berwarna biru dan merah muda. Pada bagian kepala, terdapat hiasan topi dan pita lucu.
Sebagai informasi, Dufan bisa dikunjungi setiap hari mulai dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB. Harga tiketnya bervariasi dan bisa dibeli mulai dari Rp260 ribu untuk tiket regular pada hari kerja.
Itu dia ulasan mengenai siapa pemilik Dufan hingga sejarah pendirian salah satu taman hiburan terbesar di Indonesia. Tertarik untuk berlibur ke Dufan?
Grab merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi online terbesar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Lewat layanan yang diberikan, pengguna bisa memesan transportasi lebih mudah dan praktis.
Beberapa produk yang mungkin sudah tidak asing terdengar, seperti GrabBike, GrabCar, hingga GrabFood menjadi andalan masyarakat.
Di balik kesuksesan Grab, terdapat sosok yang berhasil membawa perusahaan satu ini meraih keberhasilan dan menjadikannya terdepan di industri transportasi online.
Ingin tahu, siapa pemilik Grab? Berikut profil lengkapnya yang menarik untuk diketahui.
Pertanyaan mengenai siapa pemilik Grab seringkali muncul ketika membahas perusahaan penyedia jasa transportasi satu ini. Diketahui pemiliknya adalah Anthony Tan.
Ia adalah seorang pengusaha asal Singapura yang menjabat sebagai CEO dari perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi ini.
Lahir di keluarga pengusaha, Anthony ternyata seorang konglomerat dan sudah familier di dunia bisnis. Lewat latar belakangnya tersebut, pengusaha ini mewarisi jiwa pebisnis dari keluarganya.
Setelah lulus sekolah, ia melanjutkan studinya pada jurusan Ekonomi dan Kebijakan Publik di University of Chicago. Kemudian, ia mengambil Magister Administrasi Bisnis di Harvard University.
Mengawali karier di industri otomotif
Jika dilihat dari perjalanan kariernya, Anthony mengawali karier bisnisnya di perusahaan otomotif milik keluarganya. Awalnya bisnis tersebut dijalankan oleh ayahnya kemudian diteruskan oleh Anthony.
Anthony menempati posisi sebagai kepala rantai pasok dan pemasaran di PT Tan Chong Group. Perusahaan tersebut bergerak pada industri otomotif, mulai dari perakitan, distribusi, hingga layanan asuransi.
Di sana, ia bertugas mengkoordinasi kegiatan logistik dan menciptakan afinitas merek pada sejumlah merek otomotif yang berada di bawah perusahaan.
Di tahun 2012, Anthony pun mulai merintis bisnisnya sendiri. Bersama dengan teman kuliahnya di Harvard, Tan Hooi Ling, ia mendirikan bisnis transportasi bernama MyTeksi.
Perusahaan tersebut didirikan dari keluhan beberapa temannya yang sulit mencari taksi yang aman dan praktis di Malaysia. Berangkat dari masalah tersebut, keduanya pun mencari solusi dengan memperbaiki sistem transportasi di Malaysia.
Solusi yang mereka tawarkan adalah mendirikan layanan pemesanan taksi berbasis online MyTeksi. Markas utama perusahaan tersebut terletak di Singapura sehingga layanan taksi tersebut tersedia di Malaysia dan Singapura.
MyTeksi pun berubah nama menjadi GrabTaxi. Tidak berselang nama, nama tersebut diganti menjadi Grab agar lebih mudah diingat masyarakat.
Grab berkembang pesat
Dari usaha yang dikembangkan Anthony, Grab menjadi perusahaan layanan transportasi berbasis digital terdepan di Asia Tenggara.
Perusahaan tersebut juga telah melebarkan sayapnya dengan menyediakan layanan taksi mobil, motor, pengiriman, dan pengembangan perangkat lunak.
Investornya juga berasal dari berbagai perusahaan, mulai dari Softbank, Didi Chuxing, dan Toyota.
Di bulan April 2021, Anthony juga mengumumkan pencatatan Grab di Amerika Serikat dengan menghubungkan perusahaan dengan perusahaan akuisisi.
Di bawah kepemimpinan, Grab telah menerima pengakuan global atas inovasi dan pengaruh positif. Perusahaan ini berhasil masuk ke dalam jajaran perusahaan paling inovatif versi Fast Company di tahun 2023 dengan menduduki posisi kedua.
Hampir sebagian besar kekayaan Anthony Tan berasal dari bisnis transportasi dan perangkat lunak seluler. Dilansir situs Forbes, Anthony tercatat memiliki total kekayaan sebesar 790 juta dolar AS per Oktober 2021.
Dengan total kekayaan yang dimilikinya, ia berhasil mencatatkan namanya dalam daftar orang terkaya di Malaysia pada tahun 2019 dengan menduduki posisi 38.
Di tahun 2021, Anthony sukses masuk ke dalam daftar orang terkaya di Singapura dengan menempati posisi ke-47.
Itulah informasi terkait siapa pemilik Grab yang ternyata adalah Anthony Tan yang kini menjabat sebagai Group CEO dan Co-Founder. Semoga bermanfaat!
Dia Milik Siapa - Karaoke
Kalian pasti udah nggak asing dengan kebaya. Pakaian elegan dan anggun yang sering digunakan oleh perempuan ini, ternyata bukan hanya dimiliki oleh Indonesia. Di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand, rupanya juga memiliki pakaian kebaya! Hmmmm, kok bisa, ya?
Negara Lain yang Memiliki Kebaya
Kelima negara tersebut kompak untuk bersama-sama mengajukan kebaya ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage). Pengajuan bersama-sama kebaya ke UNESCO adalah wujud dari kekompakan antar negara di bidang budaya. Di sisi lain, juga menjadi wujud penyadaran bahwa kebaya adalah kebudayaan yang bersifat akulturasi dan menyebar ke berbagai negara lainnya.
Makanya nggak mengherankan jika kebaya bukan hanya milik Indonesia. Bersumber dari tirto.id, menyebarnya kebaya ke berbagai negara lainnya disebabkan oleh pengaruh kerajaan Majapahit yang berdasarkan bukti arkeologi, kebaya menjadi pakaian yang berkembang di sana. Kala itu, Majapahit mempunyai pengaruh yang besar, bahkan sampai keluar Indonesia. Sehingga, nggak mengherankan jika kebaya menyebar ke negara tetangga.
Bahkan, kebaya Malaysia, terinspirasi dari kebaya Sumatra Selatan. Hal itu diungkapkan oleh Dr. Wesnina, dosen Pendidikan Tata Busana UNJ. Ketika dirinya sedang studi doktoral di Malaysia, ia menemukan fakta bahwa kebaya Malaysia terinspirasi dari kebaya Sumatera Selatan.
Sumber gambar: Detik.com
Menelisik Sejarah Kebaya di Indonesia
Berbicara tentang kebaya Indonesia, ada nilai sejarah yang sifatnya lentur, cair, dan nggak final. Ada yang menuliskan kalau kebaya di Indonesia berkembang setelah datangnya para imigran Tionghoa ke Indonesia pada abad ke-15 melalui jalur perdagangan. Kemudian lambat laun, kebaya menjadi pakaian yang digunakan oleh keluarga kerajaan.
Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa kebaya berkembang di Indonesia saat Portugis datang ke Jawa pada tahun 1512. Hal itu juga diperkuat dari tinjauan kebahasaan, bahwa kebaya berasal dari bahasa Portugis, yakni caba atau cabaya.
Tapi, menurut Dr. Wesnina, dirinya nggak setuju kalau dikatakan kebaya berasal dari Portugis dan percampuran dari budaya lain. Jauh sebelum itu, kebaya sudah berkembang pada masa kerajaan Majapahit.
Kebaya yang Bernilai Politis dan Simbolis
Terlepas dari perdebatan sejarah masuknya kebaya di Indonesia, ada sebuah fakta bahwa kebaya menjadi simbol dari kelas sosial. Pada masa kolonial, perempuan Eropa awalnya senang menggunakan kebaya berwarna putih. Seiring berjalannya waktu ketika mulai menyebarnya pakaian gaun, perempuan Eropa beralih dari menggunakan kebaya ke gaun. Alasannya, perempuan Eropa nggak mau menggunakan baju yang sama seperti pribumi.
Sebelum menyebarnya gaun pada perempuan Eropa, kebaya juga menjadi objek simbol untuk membedakan orang pribumi dengan perempuan Belanda. Kebaya yang digunakan perempuan Belanda, berwarna putih dan berenda. Sedangkan kebaya yang digunakan perempuan pribumi memiliki warna selain putih dan nggak menggunakan berenda.
Meski terjadi pembentukan kelas yang dilakukan oleh perempuan Eropa, pribumi justru memaknai kebaya sebaliknya. Bagi pribumi, kebaya digunakan sebagai simbol perlawanan anti kolonial. Bahkan, pada masa Orde Lama, Soekarno menjadikan kebaya sebagai pakaian nasional dan bentuk perlawanan anti pada budaya Barat.
Meski dilakukan upaya pembentukan identitas nasional melalui kebaya, pada tahun 1970-an kebaya mengalami kemerosotan eksistensi. Penyebabnya karena meledaknya budaya Eropa dan Jepang di kehidupan masyarakat. Sehingga memunculkan pandangan jika kebaya menjadi pakaian yang kolot.
Beruntungnya, kebaya kembali digemari oleh masyarakat Indonesia di tahun 2000-an. Tentunya, dengan adanya modifikasi bentuk yang lebih modern.
Wah… ternyata di balik keindahan dan keanggunan kebaya, ada banyak dinamika di baliknya, ya. Dari politik, kelas sosial, sampai modernisasi.
Keberagaman Kebaya Indonesia
Selain punya banyak dinamika, kebaya Indonesia juga punya banyak jenis, loh. Ini terjadi karena setiap daerah punya ciri kebaya yang berbeda-beda.
Sumber gambar: Engrasia
Kebaya Betawi dipengaruhi oleh budaya Tionghoa dan Melayu. Kebayanya mempunyai warna yang cerah mencolok dan bentuk belahannya meruncing.
Sumber gambar: IDN Times
Ciri mencolok dari kebaya Sunda, ada pada bentuk lehernya yang berbentuk segilima dan belakang lehernya tegak. Untuk motifnya, ada banyak aneka bunga sebagai hiasan bordir.
Sumber gambar: Woman Indonesia
Kebaya Bali menggunakan kain brokat dan katun yang berwarna cerah. Di bagian pinggangnya diikat menggunakan obi. Biasanya, obi memiliki warna kontras dengan warna utama kebaya.
4. Kebaya Jawa Tengah
Sumber gambar: Popbela.com
Kebaya Jawa Tengah juga dikenal dengan kebaya kutabaru. Kebaya kutabaru identik dengan kain persegi di bagian tengahnya.
Dari empat kebaya yang disebutkan oleh Champ, ada nggak yang pernah kamu lihat atau kamu miliki? Sebenarnya, masih banyak kebaya yang dimiliki oleh Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, kita haru mencintai dan merawat kebaya. Agar nggak hilang eksistensinya di tengah banjirnya budaya dari luar.
Harapan Champ juga, meski tiap daerah punya bentuk kebayanya masing-masing, semoga bukan menjadi simbol pertentangan. Justru harus diterima sebagai simbol keberagaman budaya Indonesia.
Udah seharusnya keberagaman bukan dijadikan alasan untuk pertentang atau konflik sosial. Justru keberagaman adalah esensi dari kehidupan manusia yang kaya identitas sosial. Yuk, sama-sama tumbuhkan toleransi dan rayakan setiap perbedaan!
Caranya gampang banget. Kalian bisa selesaikan Challenge TOLERAKSI : Aksi Toleransi untuk Harmoni Bersama Pemuda Padang dari Padang Toleran. Ikutan Challenge tersebut, kita bisa belajar makna dari sebuah toleransi. Kerennya lagi, kamu bisa membuka donasi sebesar Rp40 ribu yang didanai A Better World Foundation jika menyelesaikan Challenge. Donasi yang terkumpul digunakan untuk kegiatan kampanye toleransi di Sumatra Barat. Yuk, ambil dan selesaikan Challenge-nya.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4934816/cerita-akhir-pekan-sejarah-kebaya-sam
pai-meluas-ke-negara-tetangga?page=4
https://tirto.id/mengenal-asal-usul-tren-kebaya-di-singapura-dan-indonesia-gy7D
https://engrasia.com/blogs/berita/6-jenis-kebaya-indonesia
https://www.beritasatu.com/lifestyle/2830820/mengenal-jenis-jenis-kebaya-yang-ada-di-indonesia#:~:text=Kebaya%20Madura%20juga%20dikenal%20sebagai,dihiasi%20dengan%20bordir%20atau%20payet.
Trismaya, N. 2018. Kebaya dan Perempuan: Sebuah Narasi Tentang Identitas. JSRW (Jurnal Seni Rupa Warna). Volume 6, jilid 2. 151-159
Septiana, A. 2022. Bibliografi Sejarah Pakain di Indonesia pada Masa Pemerintahan Hinda Belanda. Jurnal Pustaka Budaya. Volume 9, nomor 1. 20-27
Nagata, T., Sunarya, Y.Y. 2023. Perkembangan Kebaya Kontemporer Sebagai Transformasi Budaya. Jurnal Seni & Reka Rancang. Volume 5, nomor 2. 239-254
Kata “whose?” digunakan untuk menanyakan kepemilikan/kepunyaan, dalam bahasa Indonesia setara dengan “Milik siapa?”
Kata “whose?” ini dapat digunakan dalam hal:
1. Sebagai pronoun (kata ganti)
Ini karena menggantikan orang yang ditanyakan kepemilikannya.
Contoh: Whose is that car outside? (Milik siapa mobil itu yang ada di luar?)
Dalam contoh ini, “whose” sebagai pronoun, yakni sebagai kata ganti orang yang kepemilikannya ditanyakan, lalu diikuti predikat “is” dan “that car” adalah sebagai subjek kalimat, serta “outside” sebagai kata sifat keterangan tempat bagi mobil itu.
Sehingga kalau dijawab, maka jawaban yang mungkin adalah :
That car outside is Nono’s. (Mobil itu yang ada di luar [adalah] milik Nono)
Dalam contoh ini, “whose” sebagai kata ganti orang yang kepemilikannya ditanyakan, “is” sebagai predikat, dan “this” sebagai subjek kalimat.
Sehingga kalau dijawab, maka jawaban yang mungin adalah :
. (Ini adalah miliknya)
2. Sebagai an adjective (kata sifat).
Ini karena posisi “whose” berada menyifati kata benda yang ada di sampingnya (sebelah kiri kata benda tersebut). Letak kata sifat dan kata benda umumnya bedasa di sebelah kirinya, perhatikan compound berikut ini:
White board -- “white” = adjective, “board” = Noun (kata benda)
Red car -- “red” = adjective”, “car” = noun Indonesian flag -- “Indonesian” = adjective, “flag” = noun. Dan lain-lain.
Contoh dalam “whose?” adalah :
Whose car is that outside? (Mobil siapa itu yang di luar?) Dalam contoh ini, kata “Whose” digabungkan dengan kata “car”, dimana “whose” sebagai kata sifat yang menyifati kata benda (noun) “car”, lalu diikuti dengan predikat “is” + “outside”. Catatan: cara mengindonesiakan : susunan – adjective + noun seperti {whose car) adalah mendahulukan noun (car) kemudian adjective (whose), yaitu: “mobil siapa?”. Whose garden do you think looks the nicest? (Kebun siapa yang kamu piker terlihat paling bagus?) Susunan kalimat di atas adalah: Whose garden (sebagai adjective + noun), do (sebagai kata bantu kata kerja (auxiliary verb) bentuk pertanyaan, you (sebagai subjek kalimat), think (sebagai predikat kata kerja), looks (sebagai linking verb), dan the nicest (sebagai objek kata “looks”.
Jika “whose” ditulis bersama dengan
(kata depan), maka penulisannya adalah: dalam ungkapan yang lebih formal, preposition ditulis sebelum “whose”, tetapi dalam ungkapan yang lebih bersifat percakan keseharian, preposition ditulis dibelakang klausa.
were all these changes made?
(Untuk keuntungan siapa semua perubahan ini dibuat?) atau
(Semua perubahan ini dibuat untuk keuntungan siapa?)
”I’m going to buy a car”
(Saya mau beli sebuah mobil)
(Ya tentu, [dengan] uang saya [sendiri])
Dalam ungkapan di atas, pertanyaan singkat terhadap pernyataan “I’m going to buy a car” adalah ”
money?”. Dimana, “with” adalah preposition (kata depan) dan “whose” adalah kata tanya kepunyaan,
serta benda yang ditanyakan adalah “money”. Di sini tidak menggunakan predikat kata kerja, makanya disebut pertanyaan singkat.
Jadi bukan : *(Whose money with?).
Dunia Fantasi atau lebih dikenal Dufan adalah salah satu Taman Hiburan terbesar di Indonesia. Ada berbagai macam wahana menarik, baik wahana raham anak hingga wahana yang memacu adrenalin bisa dicoba di sana.
Berada di kawasan Ancol, Dufan seringkali didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Terlebih saat musim liburan, jumlah pengunjung bisa lebih banyak dari hari biasa.
Meskipun tempatnya banyak dikenal orang, tidak banyak yang tahu mengenai pemilik Dufan.
Ingin tahu siapa pemilik Dufan? Simak pemegang saham mayoritas hingga sejarahnya yang menarik untuk diketahui.
Di kalangan masyarakat, tidak jarang pertanyaan siapa pemilik Dufan bermunculan dan menjadi topik yang banyak dicari.
Kepemilikan Dufan merupakan bagian dari Ancol ternyata berada di bawah naungan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA).
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan gabungan antara Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta dengan Ciputra Group.
Pada tanggal 10 Juli 1992, kepemilikan saham Jaya Ancol sebesar 80 persen dimiliki oleh Pemda Jakarta dan 20 persen dimiliki PT Pembangunan Jaya.
Dilansir situs korporat.ancol.com, kepemilikan saham mayoritas terkini masih dipegang oleh Pemda Jakarta dengan total 72 persen. Di sisi lain, PT Pembangunan Jaya memiliki 18 persen dan sisanya 10 persen dimiliki oleh publik.
Maka dari itu, kepemilikan Dufan berdasarkan kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemda Jakarta dan PT Pembangunan Jaya Ancol yang melibatkan pihak swasta, Ciputra Group.
Dilihat dari sejarahnya, kawasan Ancol ternyata telah dilirik oleh Gubernur Hindia Belanda, Adriaan Valckenier di awal abad ke-17. Ia melihat potensi pengembangan destinasi wisata di wilayah tersebut.
Mengingat fokus pemerintah saat itu masih berfokus pada perang kemerdekaan, pengembangan wisata Ancol tertunda. Seiring berjalannya waktu, proyek pengembangan kawasan wisata Ancol kembali baik.
Pada masa pemerintahan Presiden Ir. Soekarno, ia menunjuk Dr. H. Soemarno, Gubernur Jakarta saat itu untuk mengembangkan Ancol sebagai destinasi wisata pada Desember 1965.
Pembangunan area tersebut terus berjalan sampai pada tahun 1966 yang berada di bawah kepemimpinan Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta.
Untuk mempercepat pembangunan, proyek Ancol dialihkan kepada Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) yang menjadi cikal bakal PT Pembangunan Jaya.
Tepat pada tanggal 29 Agustus 1985, taman hiburan Dufan resmi dibuka untuk aman. Di bulan Februari 2017, tempat tersebut telah memiliki sertifikat ISO 9001:2015.